Hikmah



Ini adalah sebuah tulisan, tulisan mengenai kehidupan. Bahwa kehidupan menurut kacamataku merupakan tempat belajar, singgah, sementara. Apa yang akan kita tuju sesungguhnya itulah tempat sebenarnya. Tempat sementara, tempat persinggahan, adalah suatu tempat yang untuk kita sekadar duduk di sana. Tempat yang menjadi ladang, tempat mengumpulkan perbekalan, sebuah bentuk persiapan, menuju tempat sesungguhnya.
Tempat persinggahan, adalah tempat mampir. Maka agar kita merasa ‘betah’ dan ‘tertarik’ menuju ke tempat itu, terciptalah sebuah pemandangan indah, menggoda, merayu. Tak ada  satupu yang mampu mengelak dari ajakan itu. Satu persatu manusia terjebak, tak menyangka ia akan terikat oleh belenggu yang tak terlihat. Awalnya nampak mengagumkan namun ternyata sangat menyakitkan.
Kita terlupa akan tujuan kita sebenarnya. Karena hidup memiliki tujuan, karena ini semua memiliki makna terpendam. Arti yang tersirat, malah banyak juga tersurat. Seringnya kita tak menyadari, meski sudah diingatkan. Hati seakan menolak, mengingkari, sedikit merasa mengelak dari sebuah kebenaran. Tergoda rayuan untuk mengulang, sesuatu yang bersifat sementara. Karena hidup memiliki arti, bukan sekadar berlalu semata. Sesuatu itu memiliki sebab dan akibat, memiliki asal dan tempat akhir. Memahami asal usul kehidupan menjadikan kita menjadi pemikir-pemikir yang dapat memetik hikmah. Karena hikmah menjadi salah satu kunci mengerti kehidupan.
Ada hikmah ilahiyah di balik semua yang kita rencanakan, dari segala ketentuan yang telah tertulis untuk kita. Selalulah berprasangka baik kepada Yang Maha Berkuasa, Yang Maha Berkehendak. Tak ada takdir yang tidak baik, semua takdir itu seluruhnya baik. Kitalah yang menamainya buruk, kurang baik.
Hikmah ilahiyah tidak selalu berbentuk materi ataupun berbentuk kepentingan dunia. Kalau seseorang sudah mendapatkan hikmahmaka sesungguhnya ia telah mendapat nikmat yang sangat besar. untuk apa kita mendapatkan kelebihan namun kita tak dapat memanfaatkannya untuk lebih dekat kepada Yang Maha Menciptakan.
Di surah Luqman, tertera bahwa hikmah yang Allah berikan kepada Luqman yakni bersyukur kepada-Nya. Orang yang mendapat hikmah maka ia akan senantiasa bersyukur. Apapun yang Allah takdirkan untuknya ia akan bersyukur karena ia yakin bahwa semua itu adalah yang terbaik untuknya. Dan ini tidak semua orang dapat memahaminya.
Fitrah manusia adalah ia akan selalu mengeluhapabila diberi kesempitan dan ia akan merasa bangga bila diberi keluasan. Orang yang tidak memahami makna tersirat dari ketetapan Allah SWT maka ia sesungguhnya terjebak pada kehampaan. Ia merasa bahwa ialah orang paling menderita di dunia yang menjadikannya purtus asa padahal yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang kafir. Ia akan merasa bahwa ia adalah makhluk paling suci padahal Allah melarang untuk merasa suci, karena setitik saja kesombongan tertanam di dirinya, maka habislah ia digerogoti ketakabburannya sendiri.
Maka sepatutnyalah, hidup ini diisi dengan keseimbangan. Karena Allah dan Rasulnya senantiasa memerintahkan untuk berlaku adil, tidak zhalim. Penuhilah dirimu dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai bekal di akhirat dan jangan lupa dengan dunia, karena di dalamnya terdapat banyak perbekalan untuk beramal shalih kepada sesama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAGAIMANA MEMILIH DAN MENYUSUN BAHAN AJAR

AL-TARADUF WA AL-ISYTIRAK WA AL-TADHAD