BAGAIMANA MEMILIH DAN MENYUSUN BAHAN AJAR
Masalah penting
yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau
menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu
siswa mencapai kompetensi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam
kurikulum atau silabus, materi bahan ajar hanya dituliskan secara garis besar
dalam bentuk "materi pokok". Menjadi tugas guru untuk menjabarkan materi
pokok tersebut sehingga menjadi bahan ajar yang lengkap. Selain itu, bagaimana
cara memanfaatkan bahan ajar juga merupakan masalah. Pemanfaatan dimaksud
adalah bagaimana cara mengajarkannya ditinjau dari pihak guru, dan cara
mempelajarinya ditinjau dari pihak murid.
Berkenaan dengan
pemilihan bahan ajar ini, secara umum masalah dimaksud meliputi cara penentuan
jenis materi, kedalaman, ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan (treatment)
terhadap materi pembelajaran, dsb. Masalah lain yang berkenaan dengan bahan
ajar adalah memilih sumber di mana bahan ajar itu didapatkan. Ada kecenderungan sumber bahan ajar
dititikberatkan pada buku. Padahal banyak sumber bahan ajar selain buku yang
dapat digunakan. Buku pun tidak harus satu macam dan bdak harus sering berganti
seperti terjadi selama ini. Berbagai buku dapat dipilih sebagai sumber bahan
ajar.
Termasuk masalah
yang sering dihadapi guru berkenaan dengan bahan ajar adalah guru memberikan
bahan ajar atau materi pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu
mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis
materi bahan ajar yang tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh
siswa. Berkenaan dengan buku sumber sering terjadi setiap ganti semester atau
ganti tahun ganti buku.
Sehubungan dengan
itu, perlu disusun rambu-rambu pemilihan dan pemanfaatan bahan ajar untuk
membantu guru agar mampu memilih materi pembelajaran atau bahan ajar dan
memanfaatkannya dengan tepat. Rambu-rambu dimaksud antara lain berisikan konsep
dan prinsip pemilihan materi pembelajaran, penentuan cakupan, urutan, kriteria
dan langkah-langkah pemilihan, perlakuan/ pemanfaatan, serta sumber materi
pembelajaran.
II. PEMILIHAN BAHAN AJAR DALAM PEMBELAJARAN
BERBASIS KOMPETENSI (PBK)
Pembelajaran
berbasis kompetensi didasarkan atas pokok-pokok pikiran bahwa apa yang ingin
dicapai oleh siswa melalui kegiatan pembelajaran harus dirumuskan dengan jelas.
Perumusan dimaksud diwujudkan dalam bentuk standar kompetensi yang diharapkan
dikuasai oleh siswa. Standar kompetensi meliputi standar materi atau standar
isi (content standard) dan standar pencapaian (performance standard). Standar materi
berisikan jenis, kedalaman, dan ruang lingkup materi pembelajaran yang harus
dikuasi siswa, sedangkan standar penampilan berisikan tingkat penguasaan yang
harus ditampilkan siswa. Tingkat penguasaan itu misalnya harus 100% dikuasai
atau boleh kurang dari 100%. Sesuai dengan pokok-pokok pikiran tersebut,
masalah materi pembelajaran memegang peranan penting dalam rangka membantu
siswa mencapai standar kompetensi.
Kapankah materi
pembelajaran atau bahan ajar ditentukan atau dipilih? Dalam rangka pelaksanaan
pembelajaran, termasuk pembelajaran berbasis kompetensi, bahan ajar dipilih
setelah identitas mata pelajaran, standar kompetensi, dan kompetensi dasar
ditentukan. Seperti diketahui, langkah-langkah pengembangan pembelajaran sesuai
KBK antara lain pertama-tama menentukan identitas mata pelajaran. Setelah itu
menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, strategi
pembelajaran/pengalaman belajar, indikator pencapaian, dst. Setelah pokok-pokok
materi pembelajaran ditentukan, materi tersebut kemudian diuraikan. Uraian materi
pembelajaran dapat berisikan butir-butir materi penting (key concepts) yang
harus dipelajari siswa atau dalam bentuk uraian secara lengkap seperti yang
terdapat dalam buku-buku pelajaran.
Seperti diuraikan
di muka, materi pembelajaran (bahan ajar) merupakan salah satu komponen sistem
pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar, bahan ajar atau materi
pembelajaran berisikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai yang
harus dipelajari siswa.
Materi pembelajaran
perlu dipilih dengan tepat agar seoptimal mungkin membantu siswa dalam mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Masalah-masalah yang timbul berkenaan
dengan pemilihan materi pembelajaran menyangkut jenis, cakupan, urutan,
perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran dan sumber bahan ajar. Jenis
materi pembelajaran perlu diidentifikasi atau ditentukan dengan tepat karena
setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi, media, dan card
mengevaluasi yang berbeda-beda. Cakupan atau ruang lingkup serta kedalaman materi
pembelajaran perlu diperhatikan agar tidak kurang dan tidak lebih. Urutan
(sequence) perlu diperhatikan agar
pembelajaran menjadi runtut. Perlakuan (cara
mengajarkan/menyampaikan dan mempelajari) perlu dipilih setepat-tepatnya agar
tidak salah mengajarkan atau mempelajarinya (misalnya perlu kejelasan apakah
suatu materi harus dihafalkan, dipahami, atau diaplikasikan).
III. PENGERTIAN
BAHAN AJAR (MATERI PEMBELAJARAN)
Bahan ajar atau materi
pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci,
jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep,
prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
Termasuk jenis materi
fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama
orang, dsb. (Ibu kota Negara RI adalah Jakarta Negara RI merdeka pada tanggal
17 Agustus 1945). Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri
khusus, komponen atau bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk
berkaki empat, ada sandaran dan lengan-lengannya).
Termasuk materi
prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar
konsep yang menggambarkan "jika.. maka....", misalnya "Jika
logam dipanasi maka akan memuai", rumus menghitung luas bujur sangkar
adalah sisi kali sisi.
Materi jenis
prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis
atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah
mengoperasikan peralatan mikroskop, cara menyetel televisi. Materi jenis sikap
(afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai
kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat
bekerja, dsb.
Untuk membantu
memudahkan memahami keempat jenis materi pembelajaran aspek kognitif tersebut,
perhatikan tabel di bawah ini.
Tabel
1: Klasifikasi Materi Pembelajaran Menjadi Fakta, Konsep, Prosedur, dan Prinsip
No.
|
Jenis Materi
|
Pengertian dan contoh
|
1
|
Fakta
|
Menyebutkan
kapan, berapa, nama, dan di mana
Contoh:
Negara
RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945; Seminggu ada 7 hari; Ibu
kota
Negara RI Jakarta; Ujung Pandang terletak di Sulawesi Selatan.
|
2
|
Konsep
|
Definisi,
identifikasi, klasifikasi, ciri-ciri khusus.
Contoh:
Hukum
ialah peraturan yang harus dipatuh-taati, dan jika dilanggar dikenai sanksi
berupa
denda atau pidana.
|
3
|
Prinsip
|
Penerapan
dalil, hukum, atau rumus. (Jika...maka....)
Contoh:
Hukum
permintaan dan penawaran (Jika penawaran tetap permintaan naik, maka
harga
akan naik).
|
4
|
Prosedur
|
Bagan
arus atau bagan alur (flowchart), algoritma, langkah-langkah mengerjakan
sesuatu
secara urut.
Contoh:
Langkah-langkah
menjumlahkan pecahan ialah:
1. Menyamakan penyebut
2. Menjumlahkan pembilang dengan
dengan pembilang dari penyebut yang telah disamakan.
3. Menuliskan dalam bentuk pecahan
hasil penjumlahan pembilang dan penyebut yang telah disamakan.
|
Ditinjau dari pihak
guru, materi pembelajaran itu harus diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajaran.
Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar itu harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan
menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian
belajar.
IV.
PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN BAHAN AJAR
Prinsip relevansi
artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau
ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal
fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan
hafalan.
Prinsip konsistensi
artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam,
maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan yang
meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang
diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian.
Prinsip kecukupan
artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa
menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan
tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
V.
LANGKAH-LANGKAH PEMILIHAN BAHAN AJAR
Sebelum
melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria
pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi
pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti
bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan
harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar
yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada
standar kompetensi.
Setelah diketahui
kriteria pemilihan bahan ajar, sampailah kita pada langkah-langkah pemilihan
bahan ajar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi
pertama-tama mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan
ajar. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar.
Langkah ketiga memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi. Terakhir
adalah memilih sumber bahan ajar.
Secara lengkap,
langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
A.
Mengidentifikasi
aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
Sebelum menentukan materi
pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa.
Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan
kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
Setiap aspek
standar kompetensi tersebut memerlukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang
berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya.
B.
Identifikasi
jenis-jenis materi pembelajaran
Sejalan dengan
berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat
dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat
jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987).
1. Materi
jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang,
lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain
sebagainya.
2. Materi
konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi.
3. Materi
jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.
4. Materi
jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya
langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara
pembuatan bel listrik.
5. Materi
pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi),
internalisasi, dan penilaian.
6. Materi
pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin.
C.
Memilih
jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
Pilih jenis materi
yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Perhatikan pula
jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam
mencapai standar kompetensi.
Berpijak dari
aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah diidentifikasi,
langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang sesuai dengan aspek-aspek
yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Materi
yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep,
prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi.
Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan
mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi
pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi
tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk
keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan
strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang
berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah
dengan menggunakan "jembatan keledai", "jembatan ingatan"
(mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah
"demonstrasi".
Cara yang paling
mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah
dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa.
Dengan mengacu pada
kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan
berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik.
Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi
pembelajaran:
1. Apakah
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat nama suatu objek, simbol
atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya "ya" maka materi pembelajaran
yang harus diajarkan adalah "fakta".
Contoh:
Nama-nama ibu kota
kabupaten, peristiwa sejarah, nama-nama organ tubuh manusia.
2. Apakah
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan untuk menyatakan
suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau
mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi ? Kalau
jawabannya "ya" berarti materi yang harus diajarkan adalah
"konsep".
Contoh
:
Seorang guru
menunjukkan beberapa tumbuh-tumbuhan kemudian siswa diminta untuk
mengklasifikasikan atau mengelompokkan mana yang termasuk tumbuhan berakar
serabut dan mana yang berakar tunggang.
3. Apakah
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan atau melakukan
langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu ? Bila
"ya" maka materi yang harus diajarkan adalah "prosedur".
Contoh
:
Langkah-langkah
mengatasi permasalahan dalam mewujudkan masyarakat demokrasi; langkahlangkah
cara membuat magnit buatan; cara-cara membuat sabun mandi, cara membaca sanjak,
cara mengoperasikan komputer, dsb.
4. Apakah
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan hubungan antara
beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep ? Bila
jawabannya "ya", berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan
termasuk dalam kategori "prinsip".
Contoh
:
Hubungan hubungan
antara penawaran dan permintaan suatu barang dalam lalu lintas ekonomi. Jika
permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga akan naik. Cara
menghitung luas persegi panjang. Rumus luas persegi panjang adalah panjang
dikalikan lebar.
5. Apakah
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih berbuat atau tidak
berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah?
Jika jawabannya "Ya", maka materi pembelajaran yang harus diajarkan
berupa aspek afektif, sikap, atau nilai.
Contoh:
Ali memilih
mentaati rambu-rambu lalulintas meskpipun terlambat masuk sekolah setelah di
sekolah diajarkan pentingnya mentaati peraturan lalulintas.
6. Apakah
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan perbuatan secara
fisik?
Jika jawabannya "Ya", maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik.
Jika jawabannya "Ya", maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik.
Contoh:
Dalam pelajaran
lompat tinggi, siswa diharapkan mampu melompati mistar 125 centimeter. Materi
pembelajaran yang harus diajarkan adalah teknik lompat tinggi.
D.
Memilih
sumber bahan ajar
Setelah jenias
materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi
pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti
buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb.
VI. PENENTUAN
CAKUPAN DAN URUTAN BAHAN AJAR
Masalah cakupan
atau ruang lingkup, kedalaman, dan urutan penyampaian materi pembelajaran
penting diperhatikan. Ketepatan dalam menentukan cakupan, ruang lingkup, dan
kedalaman materi pembelajaran akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu
sedikit atau terlalu banyak, terlalu dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan
urutan penyajian (sequencing) akan memudahkan bagi siswa mempelajari materi
pembelajaran.
A.
Penentuan cakupan bahan ajar
Dalam menentukan
cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah
materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek
afektif, ataukah aspek psikomotorik, sebab nantinya jika sudah dibawa ke kelas
maka masing-masing jenis materi tersebut memerlukan strategi dan media
pembelajaran yang berbeda-beda.
Selain
memperhatikan jenis materi pembelajaran juga harus memperhatikan
prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi
pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya. Keluasan cakupan
materi berarti menggambarkan berapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke
dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa
detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh
siswa. Sebagai contoh, proses fotosintesis dapat diajarkan di SD, SLTP dan SMU,
juga di perguruan tinggi, namun keluasan dan kedalaman pada setiap jenjang
pendidikan tersebut akan berbeda-beda. Semakin tinggi jenjang pendidikan akan
semakin luas cakupan aspek proses fotosintesis yang dipelajari dan semakin
detail pula setiap aspek yang dipelajari. Di SD dan SLTP aspek kimia disinggung
sedikit tanpa menunjukkan reaksi kimianya. Di SMU reaksi-reaksi kimia mulai
dipelajari, dan di perguruan tinggi reaksi kimia dari proses fotosintesis
semakin diperdalam.
Prinsip berikutnya
adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan (adequacy) atau memadainya
cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek materi
dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan
kompetensi dasar yang telah ditentukan. Misalnya, jika suatu pelajaran
dimaksudkan untuk memberikan kemampuan kepada siswa di bidang jual beli, maka
uraian materinya mencakup: (1) penguasaan atas konsep pembelian, penjualan,
laba, dan rugi; (2) rumus menghitung laba dan rugi jika diketahui pembelian dan
penjualan; dan (3) penerapan/aplikasi rumus menghitung laba dan rugi.
Cakupan atau ruang
lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus dipelajari
oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai
dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Misalnya dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia: Salah satu kompetensi dasar yang diharapkan dimiliki siswa
"Membuat Surat Dinas ". Setelah diidentifikasi, temyata materi
pembelajaran untuk mencapai kemampuan Membuat Surat Dinas tersebut termasuk
jenis prosedur. Jika kita analisis, secara garis besar cakupan materi yang
harus dipelajari siswa agar mampu membuat surat
dinas meliputi: (1) Pembuatan draft atau konsep surat ,
(2) Pengetikan surat ,
(3) Pemberian nomor agenda dan (4) Pengiriman. Setiap jenis dari keempat materi
tersebut masih dapat diperinci lebih lanjut.
B.
Penentuan urutan bahan ajar
Urutan penyajian
(sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau
mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi
pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan
menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami
kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa
akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari.
Materi pembelajaran
yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui
dua pendekatan pokok , yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis.
- Pendekatan
prosedural.
Urutan materi
pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai
dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah
menelpon, langkah-langkah mengoperasikan peralatan kamera video.
- Pendekatan
hierarkis
Urutan materi
pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang
dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari
dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
Contoh : Urutan
Hierarkis (berjenjang)
A Soal ceritera
tentang perhitungan laba rugi dalam jual beli Agar siswa mampu menghitung laba
atau rugi dalam jual beli (penerapan rumus/dalil), siswa terlebih dahulu harus
mempelajari konsep/ pengertian laba, rugi, penjualan, pembelian, modal dasar
(penguasaan konsep). Setelah itu siswa perlu mempelajari rumus/dalil menghitung
laba, dan rugi (penguasaan dalil). Selanjutnya siswa menerapkan dalil atau
prinsip jual beli (penguasaan penerapan dalil).
Contoh lain tentang
urutan operasi bilangan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2: Contoh
Urutan Materi pembelajaran Secara Hierarkis
Kompetensi dasar
|
Urutan Materl
|
1. Mengoperasikan
bilangan
|
1.1. Penjumlahan
1.2. Pengurangan
1.3. Perkalian
1.4. Pembagian
|
VII. SUMBER
BAHAN AJAR
Sumber bahan ajar
merupakan tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan
ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya. Misalnya, siswa ditugasi untuk
mencari koran, majalah, hasil penelitian, dsb. Hal ini sesuai dengan prinsip
pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan
materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini:
1. Buku
teks
Buku teks yang
diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat dipilih untuk digunakan sebagai sumber
bahan ajar. Buku teks yang digunakan sebagai sumber bahan ajar untuk suatu
jenis matapelajaran tidak harus hanya satu jenis, apa lagi hanya berasal dari
satu pengarang atau penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat
diperoleh wawasan yang luas.
2. Laporan
hasil penelitian
Laporan hasil
penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti
sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir.
3. Jurnal
(penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah)
Penerbitan berkala
yang berisikan hasil penelitian atau hasil pemikiran sangat bermanfaat untuk
digunakan sebagai sumber bahan ajar. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai
hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang
telah dikaji kebenarannya.
4. Pakar
bidang studi
Pakar atau ahli
bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar. Pakar tadi dapat
dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup,
kedalaman, urutan, dsb.
5. Profesional
Kalangan
professional adalah orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan
perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan. Sehubungan dengan
itu bahan ajar yang berkenaan dengan eknomi dan keuangan dapat ditanyakan pada
orang-orang yang bekerja di perbankan.
6. Buku
kurikulum
Buku kurikulm
penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum
itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan.
Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokok-pokok materi.
Gurulah yang harus menjabarkan materi pokok menjadi bahan ajar yang terperinci.
7. Penerbitan
berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan.
Penerbitan berkala
seperti Koran banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu
matapelajaran. Penyajian dalam koran-koran atau mingguan menggunakan bahasa
popular yang mudah dipahami. Karena itu baik sekali apa bila penerbitan
tersebut digunakan sebagai sumber bahan ajar.
8. Internet
Bahan ajar dapat
pula diperoleh melalui jaringan internet. Di internet kita dapat memperoleh
segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai
matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak
atau dikopi.
9. Media
audiovisual (TV, Video, VCD, kaset audio)
Berbagai jenis
media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata
pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan
belantara melalui siaran televisi.
10. Lingkungan
( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi)
Berbagai lingkungan
seperti lingkungan alam, lingkungan social, lengkungan seni budaya, teknik,
industri, dan lingkungan ekonomi dapat digunakan sebagai sumber bahan ajar.
Untuk mempelajari abrasi atau penggerusan pantai, jenis pasir, gelombang pasang
misalnya kita dapat menggunakan lingkungan alam berupa pantai sebagau sumber.
Perlu diingat,
dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi, buku-buku atau
terbitan tersebut hanya merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika
hanya menggantungkan pada buku teks sebagai satu-satunya sumber bahan ajar.
Tidak tepat pula tindakan mengganti buku pelajaran pada setiap pergantian
semester atau pergantian tahun. Buku-buku pelajaran atau buku teks yang ada
perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan sebagai sumber yang relevan dengan
materi yang telah dipilih untuk diajarkan.
Mengajar bukanlah
menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa mencapai kompetensi. Karena itu,
hendaknya guru menggunakan banyak sumber materi. Bagi guru, sumber utama untuk
mendapatkan materi pembelajaran adalah buku teks dan buku penunjang yang lain.
VIII.
LANGKAH-LANGKAH PEMANFAATAN BAHAN AJAR
A.
Strategi
penyampaian bahan ajar oleh Guru
- Strategi
urutan penyampaian simultan
Jika guru harus
menyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi
urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara
serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global). Misalnya
guru akan mengajarkan materi Sila-sila Pancasila yang terdiri dari lima sila. Pertama-tama
Guru menyajikan lima
sila sekaligus secara garis besar, kemudian setiap sila disajikan secara
mendalam.
- Strategi
urutan penyampaian suksesif
Jika guru harus
manyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi
urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara
mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara
mendalam pula. Contoh yang sama, misalnya guru akan mengajarkan materi
Sila-sila Pancasila. Pertama-tama guru menyajikan sila pertama yaitu sila
Ketuhanan Yang Maha Esa. Setelah sila pertama disajikan secara mendalam, baru
kemudian menyajikan sila berikutnya yaitu sila kedua Kemanusiaan yang adil dan
beradab.
- Strategi
penyampaian fakta
Jika guru harus manyajikan
materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat,
peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.) strategi yang
tepat untuk mengajarkan materi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sajikan
materi fakta dengan lisan, tulisan, atau gambar.
b. Berikan
bantuan kepada siswa untuk menghafal. Bantuan diberikan dalam bentuk
penyampaian secara bermakna, menggunakan jembatan ingatan, jembatan keledai,
atau mnemonics, asosiasi berpasangan, dsb. Bantuan penyampaian materi fakta secara
bermakna, misalnya menggunakan cara berpikir tertentu untuk membantu menghafal.
Sebagai contoh, untuk menghafal jenis-jenis sumber belajar digunakan cara
berpikir: Apa, oleh siapa, dengan menggunakan bahan, alat, teknik, dan
lingkungan seperti apa? Berdasar kerangka berpikir tersebut, jenis-jenis sumber
belajar diklasifikasikan manjadi: Pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan
lingkungan. Bantuan mengingat-ingat jenis-jenis sumber belajar tersebut
menggunakan jembatan keledai, jembatan ingatan (mnemonics) menjadi POBATEL
(Pesan, orang bahan, alat, teknik, lingkungan).
Bantuan menghafal
berupa asosiasi berpasangan (pair association) misalnya untuk mengingatingat
di mana letak stalakmit dan stalaktit pada pelajaran sains. Apakah stalaktit di
atas atau di bawah? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pasangkan huruf T pada
atas, dengan T pada titnya stalaktit. Jadi stalaktit terletak di atas,
sedangkan stalakmit terletak di bawah.
Contoh lain
penggunaan jembatan keledai atau jembatan ingatan: (1) PAO-HOA (Panas AprilOktober,
Hujan Oktober - April). (2) Untuk menghafal nama-nama bulan yang berumur 30 had
digunakan AJUSENO (April, Juni, September, Nopember).
- Strategi
penyampaian konsep
Materi pembelajaran
jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari
konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan,
membandingkan, menggeneralisasi, dsb.
Langkah-langkah
mengajarkan konsep: Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti
isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan
(exercise) misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan
umpan balik, dan kelima berikan tes.
Contoh:
Penyajian konsep
tindak pidana pencurian
Langkah 1:
Penyajian konsep
Sesuai pasal 362
KUHP, "Barang siapa dengan sengaja mengambil barang milik orang lain
dengan melawan hukum dengan maksud untuk dimiliki dihukum dengan hukuman
penjara sekurang-kurangnya ... tahun."
Langkah 2:
Pemberian bantuan
a. Murid
dibantu untuk menghafal konsep dengan kalimat sendiri, tidak harus hafal verbal
terhadap konsep yang dipelajari (dalam hal ini Pasal pencurian).
b. Tunjukkan
unsur-unsur pokok konsep tindak pidana pencurian, yaitu:
1) Mengambil
barang (bernilai ekonomi)
2) Barang
itu milik orang lain
3) Dengan
melawan hukum (tanpa seijin yang empunya)
4) Dengan
maksud dimiliki (mengambil uang untuk jajan).
Contoh positip:
Wawan malam hari masuk pekarangan Ali dengan merusak pintu pagar (sengaja)
mengambil (melawan hukum) material bangunan berupa besi beton (barang milik orang
lain), kemudian dijual, uangnya untuk membeli beras (dengan maksud dimiliki).
Contoh negatif/salah (bukan contoh tapi mirip): Badu meminjam sepeda Gani tidak
dikembalikan melainkan dijual uangnya untuk membeli makan. Dari contoh negatif
atau contoh yang salah ini, unsur-unsur "sengaja mengambil barang milik
orang lain dengan maksud dimiliki" terpenuhi, tetapi ada satu unsur yang
tidak terpenuhi, yaitu "melawan hukum", karena "meminjam".
Jadi pengambilan barang seijin yang empunya. Karena itu perbuatan tersebut
bukan termasuk tindak pidana pencurian, melainkan penggelapan.
Langkah 3: Latihan
Pertama-tama murid
diminta menghafal dengan kalimat sendiri (hafal parafrase) Kemudian murid
diminta memberikan contoh kasus pencurian lain selain yang dicontohkan oleh
guru untuk mengetahui pemahaman murid terhadap materi tindak pidana pencurian.
Langkah 4: Umpan balik
Berikan umpan balik
atau informasi apakah murid benar atau salah dalam'memberikan contoh. Jika
benar berikan konfirmasi, jika salah berikan koreksi atau pembetulan. Langkah
5: Tes
Berikan tes untuk
menilai apakah siswa benar-benar telah paham terhadap materi tindak pidana
pencurian. Soal tes hendaknya berbeda dengan contoh kasus yang telah diberikan
pada saat penyempaian konsep dan soal latihan untuk menghindari murid hanya
hafal tetapi tidak paham.
- Strategi
penyampaian materi pembelajaran prinsip
Termasuk materi
pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema,
dsb. Langkah-langkah mengajarkan atau menyampaikan materi pembelajaran jenis
prinsip adalah :
a) Sajikan
prinsip
b) Berikan
bantuan berupa contoh penerapan prinsip
c) Berikan
soal-soal latihan
d) Berikan
umpan balik
e) Berikan
tes.
Contoh:
Cara mengajarkan
rumus menghitung luas bujur sangkar dengan tujuan agar siswa mampu menerapkan
rumus tersebut.
Langkah 1: Sajikan
rumus
Rumus menghitung
luas bujur sangkar adalah: Sisi X Sisi atau sisi kuadrat.
Langkah 2:
Memberikan bantuan
Berikan bantuan
cara menghafal rumus dilengkapi contoh penerapan rumus menghitung luas bujur
sangkar. Misalnya sebuah karton bangun bujur sangkar dengan panjang sisi 30 cm.
Rumus: Was bujur
sangkar = S X S.
Was karton adalah
30 X 30 X 1 cm2 = 900 cm2.
Langkah 3:
Memberikan latihan
Berikan soal-soal
latihan penerapan rumus dengan bilangan-bilangan yang berbeda dengan contoh
yang telah diberikan. Misalnya selembar kertas panjangnya berbentuk bujur
sangkar dengan panjang sisi 40 cm. Hitunglah luasnya.
Langkah 4:
Memberikan umpan balik
Beritahukan kepada
siswa apakah jawaban mereka betul atau salah. Jika betul berikan penguatan atau
konfirmasi. Misalnya, "Ya jawabanmu betul". Jika salah berikan
koreksi atau pembetulan.
Langkah 5: Berikan
tes
Berikan soal-soal
tes secukupnya menggunakan bilangan yang berbeda dengan soal latihan untuk
meyakinkan bahwa siswa bukan sekedar hafal soal tetapi betul-betul menguasal
care menghitung luas bujur sangkar.
- Strategi
penyampaian prosedur
Tujuan mempelajari
prosedur adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur
tersebut, bukan sekedar paham atau hafal.
Termasuk materi
pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu tugas
secara urut. Misalnya langkah-langkah menyetel televisi.
Langkah-langkah
mengajarkan prosedur meliputi:
a. Menyajikan
prosedur
b. Pemberian
bantuan dengan jalan mendemonstrasikan bagaimana cara melaksanakan prosedur
c. Memberikan
latihan (praktik)
d. Memberikan
umpan balik
e. Memberikan
tes.
Contoh:
Prosedur menelepon
di telepon umum koin. Langkah-langkah mengajarkan prosedur:
Langkah 1:
Menyajikan prosedur
Sajikan
langkah-langkah atau prosedur menelpon dengan menggunakan bagan arus (flow
chart)
Langkah 2:
Memberikan bantuan
Beri bantuan agar
murid hafal, paham, dan dapat menelpon dengan jalan mendemonstrasikan cara
menelepon.
Langkah 3:
Pemberian latihan
Tugasi siswa
praktik berlatih cara menelpon.
Langkah 4:
Pemberian umpan balik
Beritahukan apakah
yang dilakukan siswa dalam praktik sudah betul atau salah. Beri konfirmasi jika
betul, dan koreksi jika salah.
Langkah 5:
Pemberian tes
Berikan tes dalam
bentuk "do it test", artinya siswa disuruh praktik, lalu diamati.
- Strategi
mengajarkan/menyampaikan materi aspek afektlf
Termasuk materi
pembelajaran aspek sikap (afektif) menurut Bloom (1978) adalah pemberian
respons, penerimaan suatu nilai, internalisasi, dan penilaian.
Beberapa strategi
mengajarkan materi aspek sikap antara lain: penciptaan kondisi, pemodelan atau
contoh, demonstrasi, simulasi, penyampaian ajaran atau dogma.
Contoh:
Penciptaan kondisi.
Agar memiliki sikap tertib dalam antrean, di depan loket dipasang jalur untuk
antri berupa pagar besi yang hanya dapat dilalui seorang demi seorang secara
bergiliran. Pemodelan atau contoh: Disajikan contoh atau model seseorang baik
nyata atau fiktif yang perilakunya diidolakan oleh siswa. Misalnya tokoh Bima
dalam Mahabarata. Sifat Bima yang gagah berani dapat menjadi idola anak.
B.
Strategi
mempelaJari bahan ajar oleh siswa
Ditinjau dari guru,
perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru
menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi
siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau
berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi
pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu
menghafal, menggunakan, menemukan, dan memilih.
Penjelasan dan
contoh disajikan sebagai berikut:
1. Menghafal
(verbal & parafrase)
2. Menggunakan/mengaplikasikan
(Use)
Materi pembelajaran
setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam
proses pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan,
menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari.
Penggunaan fakta
atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan keputusan.
Contoh, berdasar hasil penggalian ditemukan fakta terdapatnya emas perhiasan
yang sudah jadi, setengah jadi, perhiasan yang telah rusak, tungku, bahan emas
batangan di bekas peninggalan sejarah di desa Wonoboyo Klaten Jawa Tengah.
Dengan menggunakan fakta tersebut, ahli sejarah berkesimpulan bahwa lokasi
tersebut tempat bekas pengrajin emas.
Penggunaan materi
konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau rumus. Seperti diketahui,
dalil atau rumus merupakan hubungan antara beberapa konsep. Misalnya, dalam
berdagang "Jika penjualan lebih besar daripada biaya modal maka akan
terjadi laba atau untung". Konsep-konsep dalam jual beli tersebut meliputi
penjualan, biaya modal, laba, untung, dan konsep "lebih besar".
Selain itu,
penguasaan atas suatu konsep digunakan untuk menggeneralisasi dan membeclakan.
Contoh, seorang anak yang telah memahami konsep "jam adalah alat penunjuk
waktu", akan dapat menggeneralisir bahwa bagaimanapun berbeda-beda bentuk dan
ukurannya, dapat menyimpulkan bahwa benda tersebut adalah jam.
Penerapan atau
penggunaan prinsip adalah untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain.
Contoh, seorang siswa yang telah mampu menghitung luas persegi panjang setelah
mempelajari rumusnya, dapat menentukan luas persegi panjang di manapun dan
berapapun besarnya panjang dan lebar persegi panjang yang harus dihitung
luasnya.
Penggunaan materi
prosedur adalah untuk dikerjakan atau dipraktekkan. Seorang siswa yang telah
hafal dan berlatih mengendarai sepeda motor, dapat mengendarai sepeda motor
tersebut. Penggunaan prosedur (psikomotorik) adalah untuk mengerjakan tugas
atau melakukan suatu perbuatan. Sebagai contoh, siswa dapat mengendarai sepeda
motor setelah menghafal langkahlangkah atau prosedur mengendarai sepeda motor.
Penggunaan materi
sikap adalah berperilaku sesuai nilai atau sikap yang telah dipelajari.
Misalnya, siswa berhemat air dalam mandi dan mencuci setelah mendapatkan
pelajaran tentang pentingnya bersikap hemat.
3. Menemukan
Yang dimaksudkan
penemuan (finding) di sini adalah menemukan cara memecahkan masalah-masalah
baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah
dipelajari.
Menemukan merupakan
hasil tingkat belajar tingkat tinggi. Gagne (1987) menyebutnya sebagai
penerapan strategi kognitif. Misalnya, setelah mempelajari hukum bejana
berhubungan seorang siswa dapat membuat peralatan penyiram pot gantung
menggunakan pipa-pipa paralon. Contoh lain, setelah mempelajari sifat-sifat angin
yang mampu memutar baling-baling siswa dapat membuat protipe, model, atau maket
sumur kincir angin untuk mendapatkan air tanah.
4. Memilih
Memilih di sini
menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih di sini
adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Misalnya memilih
membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah. Memilih menaati peraturan lalu
lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau memilih melanggar tetapi tidak
terlambat, dsb.
IX. MATERI PRASYARAT, PERBAIKAN, DAN
PENGAYAAN (REMEDIAL & PENGAYAAN
Dalam mempelajari
materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar terdapat beberapa
kemungkinan pada diri siswa, yaitu siswa belum siap bekal pengetahuannya, siswa
mengalami kesulitan, atau siswa dengan cepat menguasai materi pembelajaran.
Kemungkinan pertama
siswa belum memiliki pengetahuan psyarat. Pengetahuan prasyarat adalah bekal
pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari suatu bahan ajar baru. Misalnya,
untuk mempelajan perkalian siswa harus sudah mempelajari penjumlahan. Untuk
mengetahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan prasyarat, guru harus
mengadakan tes prasyarat (prequisife test). Jika berdasar tes tersebut siswa
belum memiliki pengetahuan prasyarat, maka siswa tersebut harus diberi materi
atau bahan pembekalan. Bahan pembekelan (matrikulasi) dapat diambil dari materi
atau modul di bawahnya.
Dalam menghadapi
kemungkinan kedua, yaitu siswa mengalami kesulitan atau hambatan dalam
menguasai materi pembelajaran, guru harus menyediakan materi perbaikan (remedian.
Materi pembelajaran remedial disusun lebih sederhana, lebih rinci, diberi
banyak penjelasan dan contoh agar mudah ditangkap oleh siswa. Untuk keperluan
remedial perlu disediakan modul remidial.
Dalam menghadapi
kemungkinan ketiga, yaitu siswa dapat dengan cepat dan mudah menguasai materi
pembelajaran, guru harus menyediakan bahan pengayaan (enrichment). Materi
pengayaan berbentuk pendalaman dan perluasan. Materi pengayaan baik untuk
pendalaman maupun perluasan wawasan dapat diambilkan dari buku rujukan lain
yang relevan atau disediakan modul pengayaan.
Selain pengayaan,
perlu dipertimbangkan adanya akselerasi alami di mana siswa dimungkinkan untuk
mengambil pelajaran berikutnya. Untuk keperluan ini perlu disediakan bahan atau
modul akselerasi.
Alhamdulillah sangat bermanfaat, mohon izin saya adobsi ya ....
BalasHapus