Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Segini

Segini. Inilah ukuran kenikmatan dunia. Sebesar apapun syahwat perut kita, rasa nikmat makan sejatinya hanya seluas lidah dan seruang rongga mulut, hanya sedikit melampaui panjang jejari. Lebih dari itu, segala rasa sama saja. Lebih dari itu segala bentuk dan warna tak ada bedanya. Segini. Inilah ukuran kenikmatan dunia. Bagaimana dengan syahwat di bawah perut? Yang ini seyogianya tak perlu dijelaskan. Tapi jawabnya juga segini. Yang ini memang tak perlu diterangkan. Dan memang ada takaran yang tak perlu dilampaui. Tetapi Ya Allah, mengapa amat berat bagi kami menaklukkan keliaran yang ‘segini’ ini? Tetapi Ya Allah, mengapa begitu mudah kami terjatuh dalam goda badaniah yang hanya ‘ segini ’ ini? Benarlah Kanjeng Nabi ﷺ yang bersabda, إِنَّ مِمَّا أَخْشَى عَلَيْكُمْ شَهَوَاتِ الْغَيِّ فِي بُطُونِكُمْ وَ فُرُوجِكُمْ وَمُضِلَّاتِ الْفِتَن ِ “Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kalian, ialah syahwat menyimpang yang diperturutkan pada perut dan kemaluan, serta fitnah-fit

Allah Yang Mengurusnya

إذا تخلى الناس عنك في كرب فأعلم أن الله يريد أن يتولى أمرك ، وكفى بالله وكيلاً Ada pesan indah dari Imam Asy-Syafi'i.. " idza takhalannaasu minka fil karbi. ." "Kalau manusia menghindar darimu di kala engkau mendapatkan musibah.." " Fa'lam bi annallaha yuridu ayatawal amroka wahdah.." "Maka ketahuilah bahwa Allah hendak mengurus urusanmu sendiri. Allah sendiri yang hendak mengurus urusanmu.." "Wa kafa billahi wakiila." "Dan cukuplah Allah سبحانه وتعالى sebaik-baik yang kita jadikan sandaran." Satu nasihat yang indah ini memberikan gambaran kepada kita agar kita tidak takut ditinggalkan oleh makhluk selama kita kemudian memiliki Allah سبحانه وتعالى. Memiliki Allah berarti memiliki segalanya. Kehilangan Allah berarti kehilangan segalanya. Maka dalam musibah, ketika kemudian manusia menghindar dari kita karena sifat manusia memang tidak menyukai musibah, maka ingatlah bahwa dengan demikian berarti kalau kita "wa

Sering diledekin pas berhijab

Suatu masa, kita tersadarkan bahwa beragama haruslah secara sempurna. Meski tak akan sempurna karena memang kita bukan manusia sempurna. Bahwa sebagai muslimah, harusnya taat sama perintah Allah secara sempurna. Salah satu kewajiban muslimah yaitu menutup aurat. 😎 Nah, pas kita sedang memantapkan niat berhijrah, ada aja yang suka ledekin kita, bisa jadi itu dari teman-teman atau kenalan kita. Mulai deh ngeledekin, "asalamualaikum (nada ngejek😒)", "eh ada ustadzah", "wah mamah dedeh baru dateng".😑 Tips dan trik kalo ada yang manggil kita dengan sebutan ustadzah atau mamah dedeh : Pertama,  b aja alias biasa aja, tetep kalem dan bersyukur karena masih ada yang manggil, karena banyak temen-temen kita, udah gak ada yang manggil, gak ada yang nemenin, gak dianggep ada, terus, ditinggal tanpa kabar 😅 (mohon bersabar ini ujian) Namanya juga manusia, sudah berhijab, belajar sesuai syari'at dibilang ustadzah dan emak emak. Yang kanan bilang, aliran sesa

Tidak Putus Asa Karena Dosa

Adam pernah lupa, keturunannya pun bisa lupa. Adam pernah berdosa, anak cucunya juga diakrabi oleh dosa. Maka niscayanya dosa, harus jadi jalan kita menghamba. . وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ “ . Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, seandainya kalian tidak pernah berbuat dosa, niscaya Allah akan mengganti kalian dengan mendatangkan suatu kaum yang kemudian kaum tersebut berbuat dosa, kemudian mereka meminta ampun kepada Allah, dan Allah akan mengampuni mereka” (HR. Muslim) . Dosa kan bermakna dan berharga, jika menuntun pada taubat dan kedekatan denganNya. Sebagaimana 'amal ibadah bisa berbahaya, jika menyusupkan angkuh ke dalam dada. Adam bermaksiat lalu bertaubat, dan Allah mengampuninya. Iblis taat, lalu tinggi hati dan merasa lebih, maka Allah mengutuk ia selamanya. . Mengakui dosa melahirkan kerendahan hati. Ia juga mengajari kita untuk tidak membantu

Orang Shalih Berbuat Dosa

 *_Ibnu Qayyim berkata:_* أتظن أن الصالحين بلا ذنوب ؟ _”Apakah engkau mengira bahwa orang shalih itu tidak pernah berbuat dosa?”_  إنهم فقط: استتروا ولم يُجاهروا… *Mereka berbuat dosa, namun :*  _- “Mereka menutupinya & tidak menampakkannya.”_ واستغفروا ولم يُصروا…   _- “Mereka beristighfar & tidak meneruskan kesalahannya.”_ واعترفوا ولم يبرروا…   _- “Mereka mengaku salah & tidak menganggap benar kesalahannya.”_ وأحسنوا بعدما أساؤوا…  _- “Mereka berbuat banyak kebaikan setelah mereka terjerumus dalam keburukan.”_ قيل ﻷحد السلف: كيف أنت ودينك؟   Dikisahkan, Seorang salaf ditanya;  _”Bagaimana keadaanmu dan agamamu?”_ *Ia menjawab,* ‏فقال: تمزِّقهُ المعاصي، وأرقِّعهُ بالإستغفار…‏     _”Kemaksiatan merobek-robeknya, kemudian aku merajutnya kembali dengan istighfar”_ *والله المستعان..*

Penghapusan Syariat Islam di Piagam Jakarta

Kisah di balik penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta adalah bukti dari tirani minoritas yang menelikung sebuah kesepakatan luhur bangsa ini. Tanggal 22 Juni bagi umat Islam di Indonesia adalah hari yang sangat bersejarah. Pada hari itu, sebuah gentlement agreement, perjanjian luhur yang dibuat oleh tokoh-tokoh nasional, berhasil merumuskan sebuah tonggak sejarah bagi cita-cita penegakan syariat Islam di Indonesia. Pada 22 Juni 1945, tokoh-tokoh nasional yang tergabung dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), terdiri dari Soekarno, Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, A.A Maramis, Haji Agus Salim, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakkir, dan KH Abdul Wahid Hasjim, menandatangani sebuah kesepakatan yang kemudian disebut dengan “Piagam Jakarta”. Naskah Piagam Jakarta yang dilahirkan dari hasil konsensus bersama, dengan mencurahkan segala pikiran dan tenaga, kemudian menjadi Mukaddimah (Preambule) dalam Undang-Undang Dasar 1945. Mukaddimah ini kemudi

Adil yang Patut dan Standar

Rusaknya orang-orang terdahulu, itu karena ketika yang mencuri adalah orang terhormat, maka mereka melepaskannya dari jerat hukum. Tapi ketika yang mencuri orang lemah, maka mereka menjeratnya dengan hukuman. (Muhammad SAW) Allah SWT menurunkan ajaran Islam bertujuan untuk membentuk masyarakat yang menyelamatkan dan membawa rahmat pada seluruh alam ( rahmatan lil alamin) (Qs. Al- Anbiya’/21: 107). Untuk itu, Islam meletakkan ajaran adil sebagai salah satu di antara nilai-nilai kemanusiaan yang asasi dan dijadikan sebagai pilar kehidupan pribadi, rumah tangga dan masyarakat. Ajaran ini sangat dijunjung tinggi oleh Islam. Allah swt mengutus para Rasul dalam rangka untuk menegakkan dan mewujudkan keadilan di muka bumi. Allah berfirman : ﻟَﻘَﺪْ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎ ﺭُﺳُﻠَﻨَﺎ ﺑِﺎﻟْﺒَﻴِّﻨَﺎﺕِ ﻭَﺃَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎ ﻣَﻌَﻬُﻢُ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﻭَﺍﻟْﻤِﻴﺰَﺍﻥَ ﻟِﻴَﻘُﻮﻡَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺑِﺎﻟْﻘِﺴْﻂِ ‏) ﺍﻟﺤﺪﻳﺪ : 25 “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan b