Shalat Jum'at bolehkah di tempat selain Masjid?


Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,


Ulama berbeda pendapat tentang syarat tempat yang boleh digunakan untuk jumatan.



Pertama, pendapat Malikiyah



Shalat jumat hanya boleh dilaksanakan di masjid Jami’. Yang dimaksud masjid jami’ adalah masjid yang digunakan untuk shalat jumat. Berdasarkan pendapat ini, tidak boleh menyelenggarakan shalat jumat di mushola atau di tanah lapang.



Imam Khalil al-Maliki menyebutkan beberapa syarat sah jumatan. Diantara yang beliau sebutkan,



وبجامع مبني متحد



”dan harus dikerjakan di masjid jami, yang ada batas bangunannya.” (Mukhtashar Khalil, hlm. 37)



Kemudian dalam kitab madzhab malikiyah yang lain, at-Taj wal Iklil, disebutkan beberapa keterangan ulama Malikiyah,



ابن بشير : الجامع من شروط الأداء، ابن رشد : لا يصح أن تقام الجمعة في غير مسجد



Ibnu Basyir mengatakan, ’Masjid jami merupakan syarat pelaksanaan jumatan.’ Ibnu Rusyd mengatakan, ’Tidak sah melaksanakan jumatan di selain masjid.’ (at-Taj wal Iklil, 2/237).



Kedua, pendapat mayoritas ulama di kalangan Hanafiyah, Syafiiyah, dan Hambali



Shalat jumat boleh dilakukan di selain masjid jami’. Artinya, bukan syarat sah jumatan, harus dilaksanakan di masjid. Bahkan jumatan sah, sekalipun dilaksanakan di ruang terbuka diantara bangunan.



Al-Hafidz al-Iraqi – ulama madzhab Syafiiyah – (w. 806 H) menyatakan,



مَذْهَبُنَا أَنَّ إقَامَةَ الْجُمُعَةِ لَا تَخْتَصُّ بِالْمَسْجِدِ بَلْ تُقَامُ فِي خُطَّةِ الْأَبْنِيَةِ.



Dalam madzhab kami – syafiiyah – pelaksanaan jumatan tidak harus dilakukan di masjid. Bahkan boleh dilaksanakan di tempat di sekitar bangunan.



Kemudian, al-Iraqi menegaskan bahwa jumatan di luar masjid, tidak perlu shalat tahiyatul masjid,



فَلَوْ فَعَلُوهَا فِي غَيْرِ مَسْجِدٍ لَمْ يُصَلِّ الدَّاخِلُ إلَى ذَلِكَ الْمَوْضِعِ فِي حَالَةِ الْخُطْبَةِ إذْ لَيْسَتْ لَهُ تَحِيَّةٌ



Jika masyarakat mengerjakan jumatan di selain masjid, maka orang yang masuk area jumatan tidak perlu shalat tahiyatul masjid, ketika khatib sedang khutbah. Karena tempat itu tidak memiliki hukum tahiyatul masjid. (Tharhu at-Tatsrib, 3/190)



Hal yang sama juga disampaikan al-Mardawi – ulama Hambali – (w. 885 H),



ويجوز إقامتها في الأبنية المتفرقة , إذا شملها اسم واحد ، وفيما قارب البنيان من الصحراء؛ وهو المذهب مطلقا . وعليه أكثر الأصحاب



Boleh melaksanakan jumatan di sekitar bangunan yang terpisah-pisah, jika masih dalam satu daerah. Atau jumatan di tanah lapang dekat kampung. Inilah pendapat madzhab Hambali secara umum, dan pendapat yang dipilih mayoritas ulama Hambali (al-Inshaf, 2/378)



Pendapat yang lebih mendekati kebenaran adalah pendapat mayoritas ulama, bahwa jumatan tidak harus dilakukan di dalam masjid. Berdasarkan riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,



أنهم كتبوا إِلى عمر يسألونه عن الجمعة فكتب: “جمّعوا حيثما كنتم”



Para sahabat menulis surat kepada Umar, menanyakan kepada beliau tentang shalat jumat. Kemudian Umar membalas, ’Laksanakanlah jumatan dimanapun kalian berada.’ (HR. Ibnu Abi Syaibah 5068 dan dishahihkan al-Albani).



Allahu a’lam



Dijawab oleh ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAGAIMANA MEMILIH DAN MENYUSUN BAHAN AJAR

AL-TARADUF WA AL-ISYTIRAK WA AL-TADHAD