Proses Masuknya Islam di Andalusia (Spanyol)


          Islam pernah mengalami masa kejayaan, di mana kala itu peradaban Islam menerangi eropa lewat pintu Andalusia yang kini kita kenal sebagai Spanyol. Meskipun pengaruh Islam cukup besar terutama di bidang sains, namun umumnya Islam kurang dihargai oleh masyarakat barat. Bagaimana kepemimpinan Islam runtuh di tanah inipun sangat menyedihkan.
          Kini, mari kita menilik sejarah ketika Islam menyapa Andalusia.
http://www.hispanicmuslims.com/andalusia/images/andalusiabanner.jpg


MASUKNYA ISLAM KE SPANYOL
Spanyol diduduki Islam pada masa Khalifah al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah Bani Umayyah yang beribukota di Damaskus. Bani Umayyah sepenuhnya  menguasai Afrika Utara pada zaman Khalifah Abdul Malik setelah memakan waktu 53 tahun (30 -83 H). Tiga pahlawan Islam yang berperan dalam penaklukan Spanyol antara lain Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, danMusa bin Nushair. Tharif bin Malik merintis dan menyelidiki keadaan Spanyol dengan menyeberangi selat antara Maroko dan Eropa itu dengan satu pasukan perang 500 tentara berkuda yang menaiki kapal Julian. Kemelut yang ada dalam kerajaan Visigothic membuat Tharif bin Malik memenangkan pertempuran. Selanjutnya Musa bin Nushair mengirim 7000 pasukan di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad yang terdiri dari suku Barbar yang didukung Musa bin Nushair dan sebagian lagi orang Arab dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan itu menyeberangi selat dan melewati gunung tempat beristirahat dan menyiapkan pasukan, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Kemudian pasukan Thariq mulai bertempur di suatu tempat bernama Bakkah, lalu Raja Roderick dapat dikalahkan. Tahriq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting , seperti Cordova, Granada, dan Toledo (ibukota Kerajaan Goth) setelah ditambah jumlah pasukan 5000 personel oleh Musa bin Nushair sehingga total personel menjadi 12.000 orang. Jumlah ini tidak sebanding karena Kerajaan Goth memiliki 100.000 orang. Musa bin Nushair merasa perlu melibatkan diri sehingga ia berangkat dengan pasukan yang besar dan menaklukkan Sedona, Carmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa Gothic, Theodomir di Orihuela. Setelah bergabung dengan pasukan Thariq di Toledo, mereka berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol mulai Saragossa hingga Navarre. Masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz (99 H/717 M), perluasan dilakukan untuk menaklukkan daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan yang dipimpin al-Samah namun ia gagal dan terbunuh tahun 102 H. Dilanjutkan dengan penyerangan ke kota Bordesu, Poiter, dan Torus oleh Abdul Rahman bin Abdullah al-Ghafiqi, namun dihadang Charles Martel sehingga pasukannya mundur kembali ke Spanyol. Sesudah itu masih terdapat penyerangan-penyerangan ke Avignon (734 M), dan Lyon (743 M). Majorca, Corsica, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian Sicilia juga dapat dikuasai Bani Umayyah. Gelombang penyerangan pada permulaan abad ke-8 ini telah menjangkau Prancis Tengah dan sebagian Italia. Ada dua faktor kemenangan umat Islam di Spanyol, yakni: Faktor Eksternal, yaitu kondisi dalam negeri Spanyol sendiri. Secara politik, Spanyol terbagi ke dalam negara-negara kecil.
Penguasa Gothic tidak toleran terhadap aliran agama Monofisit apalagi Yahudi. Mereka dipaksa untuk dibaptis menurut Kristen dan akan disiksa bila menolak.
Rakyat terbagi atas system kelas, sehingga keadaannya diliputi kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak.
Ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh dan kesejahteraan menurun.
Konflik kekuasaan antara Raja Roderick dan Witiza, penguasa Toledo. Juga konflik Roderick dengan Ratu Julian mantan penguasa Septah. Tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak memiliki semangat juang. Kaum Yahudi bersekutu dan member bantuan bagi perjuangan kaum muslim. Faktor Internal, yakni kondisi pada tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan prajurit Islam. Para pemimpin bersatu, kompakdan percaya diri.
Mereka cakap dan berani serta tabah dalam setiap persoalan. Sikap toleransi, persaudaraan dan tolong-menolong yang ditunjukkan prajurit Islam.

PERIODISASI PEMERINTAHAN ISLAM DI SPANYOL
Sejarah panjang umat Islam di Spanyol terbagi pada enam periode, yaitu:
1.      Periode Pertama (711 -755 M) Spanyol di bawah pemerintahan Wali yang diangkat Khalifah di Damaskus. Pada masa ini masih terdapat gangguan dari dalam, antara lain antar elit penguasa akibat perbedaan etnis dan golongan. Antara Khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara di Kairawan saling mengklaim paling berhak menguasai Spanyol, hingga terjadi pergantian Gubernur sebanyak 30 kali dalam waktu singkat. Perbedaan etnis antara suku Barbar dan Arab menimbulkan konflik politik sehingga tidak ditemukan figure yang tangguh. Gangguan dari luar dating dari sisa musuh-musuh Islam yang terus memperkuat diri dan tidak pernah tunduk pada pemerintahan Islam.Gangguan ini menyebabkan belum terwujudnya peradaban dan periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman al-Dakhil tahun 138 H/755 M.
2.      Periode Kedua (755-912 M) Spanyol di bawah pemerintahan Amir namun tidak tunduk pada pusat pemerintahan Islam yang saat itu dipegang Khilafah Bani Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama Abdurrahman I (ad-Dakhil) keturunan Bani Umayyah yang lolos dari kejaran Bani Abbasiyah. Penguasa Spanyol periode ini:
a.       Abdurrahman al-Dakhil, berhasil mendirikan masjid di Cordova dan sekolah-sekolah.
b.      Hisyam I, berhasil menegakkan hukum Islam.
c.       Hakam I, sebagai pembaharu bidang militer.
d.      Abdurrahman al-Ausath, penguasa yang cinta ilmu.
e.       Muhammad bin Abdurrahman
f.       Munzir bin Muhammad
g.      Abdullah bin Muhammad Pada abad ke-9, stabilitas negara terganggu akibat gerakan Martyrdom Kristen fanatik yang mencari kesyahidan.Namun pihak Gereja tidak mendukung gerakan itu karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama.Pemerintah menyediakan peradilan hukum khusus Kristen dan tidak dihalangi untuk bekerja sebagai pegawai pada instansi militer. Gangguan juga timbul akibat pemberontak di Toledo, percobaan revolusi yang dipimpin Hafshun yang berpusat di pegunungan dekat Malaga, serta perselisihan orang Barbar dan Arab.
3.      Periode Ketiga (912-1013 M) Dimulai oleh Abdurrahman an-Nashir, Spanyol di bawah pemerintahan bergelar Khalifah (mulai tahun 929 M). Bermula dari berita terbunuhnya Khalifah al-Muqtadir oleh  pengawalnya sendiri, menurutnya ini saat yang tepat untuk memakai gelar Khalifah setelah 150 tahun lebih hilang dari kekuasaan Bani Umayyah. Khalifah yang memerintah pada periode ini antara lain:
a.       Abdurrahman al-Nashir (912-961 M) mencapai puncak kemajuan menyaingi kemajuan Daulah Bani Abbasiyah di Baghdad. Ia mendirikan Universitas Cordova yang perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku.
b.      Hakam II (961-976 M) seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Masyarakat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran karena pembangunan yang berlangsung cepat.
c.       Hisyam II (976-1009 M) naik tahta pada usia sebelas tahun. Ia menunjuk Ibn Abi ‘Amir (al-Manshur Billah) sebagai pemegang kekuasaan mutlak. Ia sangat ambisius dalam melebarkan kekuasaannya. Ia wafat tahun 1002 M dan digantikan anaknya, al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan kekuasaan. Setelah wafat tahun 1008 M, digantikan adiknya yang tidak memiliki kualitas sehingga negara menjadi kacau dan hancur sehingga muncul kerajaan-kerajaan kecil. Hisyam II mengundurkan diri tahun 1009 M dan tahun 1013 M Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapus jabatan Khalifah.
4.      Periode Keempat (1013-108 6 M) Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil dibawah pemerintahan al-Muluk ath-Thawaif (raja-raja golongan) berpusat di Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Konflik internal antar raja terjadi dan mereka yang bertikai sering meminta bantuan raja-raja Kristen.Orang-orang Kristen yang melihat kelemahan ini pun memulai inisiatif penyerangan. Meski situasi politik tidak stabil, namun pendidikan dan peradaban terus berkembang karena para sarjana dan sastrawan terlindungi dari satu istana ke istana lain.
5.      Periode Kelima (1086-1248 M) Meski terpecah dalam beberapa negara, terdapat kekuatan dominan yaitu Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun didirikan Yusuf bin Tasyfin di Afrika Utara. Memasuki Spanyol tahun 1086 M dengan mengalahkan pasukan Castilia. Perpecahan di kalangan Muslim menyebabkan Yusuf bin Tasyfin mudah menguasai Spanyol. Tahun 1143 M kekuasaannya berakhir karena para penggantinya lemah dan diganti DInasti Muwahhidun yang didirikan Muhammad bin Tumart tahun 1146 M. Untuk beberapa decade mengalami kemajuan dan setelah itu mengalami kemunduran akibat serangan tentara Kristen di Las Navas de Tolessa 1212 M, di Cordova 1238 M, dan Seville 1248 M. Seluruh kekuasaan Islam lepas kecuali Granada.
6.      Periode Keenam (1248-1492 M) Granada dikuasai Bani Ahmar (1232-1492 M) dan mengalami kemajuan peradabanseperti masa Abdurrahman al-Nashir.Namun secara politik mereka lemah karena perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad tidak senang pada ayahnya yang menunjuk anaknya yang lain menggantikan sebagai raja. Ayahnya terbunuh dan diganti Muhammad bin Sa’ad. Abu Abdullah pun meminta bantuan Raja Ferdinand dan Isabella yang akhirnya ia naik tahta. Namun Ferdinand dan Isabella ingin merebut kekuasaan Islam dan dengan terus menyerang kekuasaan Islam.Abu Abdullah menyerah dan hijrah ke Afrika Utara.Umat Islam dihadapkandua pilihan yakni masuk Kristen atau pergi dari Spanyol.Tahun 1609 M tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.

KEMAJUAN PERADABAN
Di antara kemajuan yang bahkan memengaruhi Eropa yaitu:
1.   Kemajuan Intelektual Filsafat
Dikembangkan abad ke-9 selama pemerintahan Mihammad bin Abdurrahman. Tokohnya adalah: Abu Bakar Muhammad bin al-Sayigh (Ibn Bajjah). Masalah yang dikemukakan bersifat etis dan eskatologis. Magnum Opusnya adalah Tadbir al-MutawahhidAbu Bakar bin Thufail. Karyanya: Hay ibn Yaqzhan.Ibn Rusyd, menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dengan cermat dan hati-hati dalam menyelaraskan antara filsafat dan agama. Sains Abbas bin Farnas ahli kimia dan astronomi. Ialah penemu pembuatan kaca dari batu.Ibrahim al-Naqqash ahli astronomi. Ia dapat menentukan waktu gerhana matahari, membuat teropong, dan dapat menentuklan jarak antara tata surya dan bintang-bintang.Ahmad bin Ibas dari Cordova merupakan ahli farmasi.Umm al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz, dua ahli kedokteran dari kalangan wanita.Ibn Jubair, menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterranea dan Sicilia.Ibn Batutah, menulis tentang negeri Samudera Pasai dan CinaIbn Khaldun, perumus filsafat sejarah. Fiqh Ziyad bin Abdurrahman yang memperkenalkan mazhab Maliki.Ibn Yahya yang menjadi Qadhi.Abu Bakr bin al-QuthiyahMunzir bin Sa’id al-BaluthiIbn Hazm Musik dan Seni al-Hasan bin Nafi, sang penggubah lagu yang dijuluki Zaryab Bahasa dan Sastra Ibn SayyidihIbn Malik, pengarang AlfiyahIbn KhurufIbn al-HajjAbu Ali al-IsybiliAbu Hasan bin UsfurAbu Hayyan al-Gharnathi.
2.      Kemegahan Pembangunan Fisik
·         Perdagangan: pembangunan jalan raya dan pasar
·         Pertanian: sistem irigasi dengan dam untuk mengecek curah air, waduk untuk konservasi, dan pengaturan hidrolik dengan water wheel (roda air).
·         Industri: tekstil, kayu, kulit, logam, barang-barang tembikar.
·         Pembangunan kota: Cordova
·         Pembangunan jembatan dan taman, istana Damsik, masjid , tempat pemandian dan perkampungan yang indah. Granada Terdapat istana al-Hamra yang indah dan megah, istana al-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda, dan lain-lain.

3.       Kemajuan Teknologi Kedokteran
     Ketika Al-Manshur Al-Muwahhidy memegang tampuk kekuasaan, beliau menginstruksikan pembangunan rumah sakit termewah. Setelah bangunnya rampung, ia memerintahkan agar komplek rumah sakit dilengkapi kebun yang ditanami berbagai jenis pepohonan dan tumbuhan yang bisa dikonsumsi. Beliau juga memerintahkan pembuatan sistem pengairan terpadu yang menjamin tercukupinya kebutuhan air di seluruh bagian rumah sakit.
        Masing-masing kamar pasien dilengkapi kasur berbalut sutra. Semua pasien mendapatkan pakaian siang dan malam serta perlengkapan musim dingin dan musim panas. Bila pasien sembuh, mereka akan mendapat tunjangan hidup dari negara saat akan keluar dari rumah sakit. Kebijakan ini tidak hanya berlaku bagi penduduk sekitar, tapi juga bagi penduduk luar yang datang berobat di rumah sakit tersebut.
        Setiap hari jumat, selepas sholat juamat Al-Manshur meluangkan waktu untuk mengunjungi pasien. Beliau selalu berinteraksi langsung dengan mereka, menanyakan perkembangan kesehatan mereka satu persatu dan juga bertanya tentang bagaimana pelayanan rumah sakit. Kebiasaan ini terus dilakukannya hingga beliau meninggal dunia. (Selengkapnya lihat Al-Mu'jib hal: 364. Dan Al-Bayan Al-Mughrib hal:173.)
          Siapakah Al-Manshur Al-Muwahhidy..? Beliau adalah Ya'qub Al-Manshur Al-Muwahhidy -rahimahullah-. Pengusa Andalus Di Era Keemasannya. Al-Manshur ditahbiskan sebagai penguasa Daulah Al-Muwahhidin pada tahun 570 H/1184 hingga 595 H/1199 M. Dimasa pemerintahannya, Andalus mengalami kemajuan yang pesat.
 
Sifat dan kepribadian Al-Manshur

1. Adil dan penyayang
2. Sikap dan pembawaannya selalu tenang
3. Dekat dengan rakyat
4. Suka membantu siapa saja
5. Zuhud
6. Selalu memakai pakaian sederhana yang terbuat dari jenis bahan yang murah.
7. Setiap harinya menjadi imam sholat 5 waktu bagi rakyatnya.
8. Hafal Al-Quran
9. Suka bermajelis dengan ulama dan orang-orang sholeh.

Diantara kebijakannya adalah:

1. Memberantas miras
2. Menegakkan hukuman hudud secara adil, bahkan terhadap keluarganya.
3. Memberikan perhatian yang besar terhadap kemajuan Tehnik dan Kedokteran
3. Memberi tunjangan yang besar kepada para ulama dan ilmuan
4. Melakukan perbaikan birokrasi
5. Mendirikan rumah sakit, apotik
Dll
 
Faktor-faktor Pendukung Kemajuan:

-  Penguasa kuat dan berwibawa seperti Abdurrahman al-Dakhil, Abdurrahman al-Ausath dan Abdurrahman al-Nashir.
-  Penguasa yang mempelopori kegiatan ilmiah seperti Muhammad bin Abdurrahman dan Hakam II al-Muntashir
-  Toleransi beragama antara umat Islam dengan non-Islam seperti orang Kristen dan orang Yahudi.
-  Banyak sarjana yang mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah Islam sampai wilayah ujung timur sambil membawa buku dan gagasannya.
- Meski umat Islam terpecah dalam politik, namun terdapat kesatuan budaya di dunia Islam.
- Setiap dinasti (raja) di Malaga, Toledo, Seville, Granada berusaha menyaingi Cordova, memajukan peradaban.

PENYEBAB KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN
1.      Konflik Islam dan Kristen
Penguasa muslim tidak melakukan islamisasi dengan sempurna. Kerajaan taklukannya dibiarkan mempertahankan hukum, adat dan hirarki tradisional asal tidak ada perlawanan senjata. Kehadiran Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang Spanyol Kristen.
2.      Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Bani Umayyah di Spanyol tidak pernah menerima orang-orang pribumi dengan memberi istilah ‘Ibad dan Muwalladun pada para mukallaf sehinggga dinilai merendahkan akibatnya kelompok etnis non Arab sering merusak perdamaian. Tidak ada ideologi yang dapat memberi makna persatuan.
3.      Kesulitan Ekonomi Di paruh kedua masa Islam di Spanyol,  penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan sangat serius sehinggga lalai membina  perekonomian. d.   
4.      Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan Karena perebutan kekuasaan, Muluk ath-Thawaif muncul. Granada yang jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella juga karena permasalahan ini
5.      Keterpencilan Spanyol Islam selalu berjuang sendirian tanpa mendapat bantuan  kecuali dari Afrika utara sehingga tidak ada kekuatan alternatif yang membendung kebangkitan  Kristen

KRONOLOGI RUNTUHNYA ISLAM DI ANDALUSIA

       Awalnya Raja Ferdinand mengutus mata-matanya untuk mengetahui kondisi Granada (wilayah terakhir Islam Andalusia), mereka menemukan seorang bocah menangis, lalu si mata-mata bertanya, "Apa yang membuat kamu menangis?" Sang bocah menjawab, "Saya menangis karena anak panah saya tidak tepat sasaran". Si mata-mata berkata, "Kenapa anda tidak mencoba lagi? nanti panah anda akan menancap pada sasarannya". Sang bocahpun memberi jawaban monumental, "Jika satu panah gagal mengenai musuh, apa mungkin musuh memberi kesempatan kepada saya untuk memanahnya lagi?".

     Mendapatkan jawaban ini, si mata-mata kembali ke Ferdinand dan merekomendasikan untuk tidak melakukan penyerbuan saat ini, karena bangsa arab sedang bersiap siaga, bahkan bocah-bocahnya
sekalipun.

     Setelah beberapa tahun kemudian, si mata-mata kembali lagi untuk mengetahui kondisi ummat Islam di Granada. Si Mata-mata menemukan orang tua yang sedang menangis. Si mata-mata bertanya apa gerangan yang membuatnya menangis? Si orang tua menjawab, "aku menangis karena ditinggalkan kekasihku".

     Setelah mendapatkan kondisi ini, si mata-mata kembali ke Ferdinand dan menyerukan, "Sekaranglah waktunya kalian melakukan penyerbuan, dunia dan keremehtemehannya telah membuat kaum muslimin sibuk sehingga mereka berada dalam kondisi yang sangat tidak siap untuk menghadapi gempuran musuh-musuh mereka".

      Arab terbangun dari kelalaiannya yang memilukan oleh pekikan suara tentara Ferdinand dan Isabella yang sudah memenuhi seluruh pelosok Granada yang menjadi tempat pertahananan terakhir kaum muslimin di Eropa saat itu. Pasukan Salib menggempur kaum muslimin dalam kondisi yang sangat tidak berimbang karena kaum muslimin tidak memiliki unsur-unsur kemenangan sama sekali, cuma bersenjatakan keputusasaan, dan sangat jauh dari ajaran nenek-moyang mereka untuk menjadi pemenang.

Kilas Balik

       Pada tahun 711 M, umat Islam mulai memasuki semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal sekarang). Dengan misi mengakhiri kekuasaan tiran, Raja Roderick. Umat Islam di bawak kepemimpinan Thariq bin Ziyad menyeberangi lautan yang memisahkan Maroko dan daratan Spanyol. Tujuh tahun kemudian, sebagian besar wilayah semenanjung Iberia (Andalusia) berhasil diduduki oleh umat Islam. Dan kekuasaan tersebut berlanjut selama lebih dari 700 tahun.

       Pada tahun 900-an M, Islam mencapai puncak kejayaannya di tanah Andalusia. Lebih dari 5 juta muslim tinggal di daerah tersebut, dengan prosentase mencapai 80% penduduk. Kerajaan yang kuat kala itu, Dinasti Umayah II menjadi penguasa tunggal di daerah tersebut dan menjadi kerajaan yang paling maju dan paling stabil kondisi sosialnya di daratan Eropa.

       Granada dibawah kekuasaan Islam saat itu merupakan kota yang bersinar terang karena kemilau cahaya kemajuan ilmu pengetahuan ketika kota-kota besar lain di Eropa masih terkungkung dengan kegelapan.

       Namun, masa keemasan sosial dan politik ini tidaklah abadi. Pada tahun 1000-an M, kerajaan Andalusia ini runtuh dan terpecah-pecah menjadi beberapa negara kecil yang disebut tha-ifah.

        Satu per satu thaifah jatuh oleh kerajaan Kristen Eropa. Dimulai dari tahun 1000-an hingga 1200-an, kota-kota utama semisal Cordoba, Sevilla, Toledo bergiliran dikuasai. Dan hanya menyisakan Granada.

       Pada era tersebut, tahun 1200-an, Granada sempat berhasil menghindarkan diri dari penaklukkan kerajaan-kerajaan Eropa. Setelah jatuhnya Kota Cordoba, Granada menyepakati perjanjian dengan Kerajaan Castile, salah satu kerajaan Kristen yang terkuat di Eropa. Perjanjian tersebut berisikan kesediaan dan ketundukan Granada dengan membayar upeti berupa emas kepada Kerajaan Castile setiap tahunnya. Timbal baliknya, Castile menjamin independensi Granada dalam urusan dalam negeri mereka dan lepas dari ancaman invasi Castile.

       Selain membayar upeti, faktor lain yang membantu Granada terhindar dari penaklukkaan adalah letak geografisnya. Kerajaan ini terletak di kaki pegunungan Sierra Nevada yang menjadi benteng alami melindungi kerajaan dari invasi pihak-pihak luar.
       Selama lebih dari 250 tahun, Granada tetap tunduk kepada Castile dengan membayar upeti. Namun dikelilingi oleh kerajaan-kerajaan Kristen yang tidak bersahabat tetap saja membuat Granada dalam keadaan terancam. Mereka tidak pernah aman dari ancaman penaklukkan.

       Suratan takdir tentang keruntuhan Granada pun dimulai, ketika Raja Ferdinand dari Aragon menikah dengan Putri Isabella dari Castile. Pernikahan ini menyatukan dua kerajaan terkuat di semenanjung Iberia yang merajut cita-cita yang satu, menaklukkan Granada dan menghapus jejak-jejak Islam di benua biru.


        Pada tahun 1491, Granada dikepung oleh pasukan-pasukan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella. Dari menara istananya, Sultan Muhammad melihat pasukan Kristen dalam jumlah yang besar telah mengepung dan bersiap menyerang Granada. Sultan Muhammad pun dipaksa untuk menandatangani surat penyerahan Granada kepada pasukan sekutu Kristen. Peristiwa ini terjadi pada November 1491.


        Pada tanggal 2 Januari 1492, pasukan Kristen memasuki Kota Granada. Pasukan-pasukan ini memasuki istana Alhambra, mereka memasang bendera-bendera dan simbol-simbol kerajaan Kristen Eropa di dinding-dinding istana sebagai tanda kemenangan, dan di menara tertinggi istana Alhambra mereka pancangkan bendera salib agar rakyat Granada mengetahui siapa penguasa mereka sekarang. Keadaan saat itu benar-benar mencekam, rakyat muslim Granada tidak berani keluar dari rumah-rumah mereka dan jalanan pun lengang dari hiruk pikuk manusia. Umat Islam hanya punya dua pilihan: masuk Kristen atau dibunuh.


       Tepat sholat Isya, pada malam 2 Januari 1492 M, di menara masjid Bayazin Granada inilah untuk terakhir kalinya azan di kumandangkan secara lantang di bumi Andalusia.


      Itulah akhir dari peradaban Islam di Spanyol yang telah berlangsung lebih dari tujuh abad lamanya. Cahaya Islam menghilang dari daratan tersebut dengan terusir dan tewasnya umat Islam di sana, kemudian diganti dengan pendatang-pendatang Kristen yang menempati wilayah tersebut.

       Granada jatuh pada 21 Muharram 897 H (2 Januari 1492 M). Raja terakhir Granada yang bernama Abu Abdullah menandatangani Perjanjian Penyerahan Granada kepada Kerajaan Salibis Kastilia yang terdiri dari 67 point, yang antara lain menjamin keamanan beragama kepada kaum muslimin, menjaga keamanan harta benda mereka, Akidah, dan kebebasan beribadah.

      Namun tidak satupun dari point-point perjanjian itu diterapkan. Lalu dibentuklah Inguisition (inkuisisi, pengadilan yang dibentuk gereja untuk membantai siapa saja yang dianggap tidak sejalan dengan gereja) dan kaum muslimin pun dibantai.

     Hari-hari terakhirnya Raja Abu Abdullah hanya mampu berdiri terpaku di atas bukit di kaki gunung Raihan termangu setelah menyerahkan kunci benteng Grenada kepada Ferdinand dan Isabella, meratapi kerajaannya yang terampas terngungu-ngungu bagai seorang perempuan, dan ketika itu bundanya berucap secara monumental, "menangislah layaknya seorang wanita, pada kerajaanmu yang tidak mampu engkau jaga secara jantan!" 

MASJID TERAKHIR

      Masjid AlMunastyr atau sering disebut Almonaster la Real Mezquita adalah masjid terakhir di era Spanyol Islam (Andalusia). Masjid dari abad 10 masehi ini dibangun pada masa Bani Umayyah Spanyol. Abdul Rahman III yang memimpin Cordoba pada saat itu.


       Nama masjid Almonaster kemudian menjadi nama kota Almonaster la Real. Masjid yang terletak di Provinsi Huelvam, Spanyol, ini dibangun dari reruntuhan sebuah kuil romawi dan gereja di era Visigoth abad ke 5 masehi.


       Pada masa kejayaan umat Islam di Semenanjung Iberia (spanyol), Islam membangun berbagai istana dan  masjid indah di seluruh semenanjung ini. Kawasan Semenanjung Iberia saat itu dipimpin oleh Gubernur Abdul Aziz bin Musa.


      "Pembangunan al-Munastyr Iqlin mendapat bantuan dari wilayah Sevilla sejumlah 35 ribu dinar," ungkap Abu Abdullah al-Bakri yang ditulis kembali dalam Levi Provencal 1938.


      Masjid ini pernah menjadi masjid terbesar pada kesultanan Umayyah di provinsi ini pada abad ke 10 masehi. Masjid ini telah teruji oleh waktu dan tetap bertahan sebelum akhirnya pasukan Kristen mengambil kembali wilayah Andalusia pada abad ke 15 masehi.


      Bangunan Mihrab menghadap ke Mekkah. Mihrabnya diyakini sebagai salah satu Mihrab tertua yang pernah ada di era Andalusia. Pada abad ke 15 dan di masa akhir Islam Spanyol, Masjid ini sempat menjadi tempat perlindungan terakhir bagi 1833 muslim. Sebelum akhirnya Islam kalah dan mereka pun dibantai habis.


       Setelah penaklukan Kristen, masjid indah ini berubah fungsi menjadi gereja dengan penambahan altar dan ornamen Kristen lainnya. Meski begitu, bangunan aslinya masih terlihat jelas. Di bagian dalam, interior bangunan menawarkan arsitek klasik khas bangsa Moor. Yaitu lengkungan pada langit-langit dan lima tiang pondasi besar di ruang tengah.


      Setelah penaklukan pasukan Kristen Spanyol, nama masjid pun diubah menjadi gereja Santa Maria sesuai dengan nama gereja Visigoth sebelum masjid dibangun. Pada 1975, dibawah arahan arsitek Spanyol, Alfonso Jimenez memulihkan kembali arsitek awal hingga bentuk aslinya saat ini.

PENGARUH PERADABAN SPANYOL ISLAM DI EROPA
Pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198 M) mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam yang menuntut kebebasan berpikir dan melepaskan belenggu taklid terhadap pantheisme dan antromorphoisme Kristen. Berawal dari gerakan Averroes-isme ini lahir reformasi abad ke-16 dan rasionalisme pada abad ke-17 M. buku-buku Ibn Rusyd di cetak di Vinesia. Terus banyak pemuda-pemuda Kristen Eropa belajar di Universitas Islam di Spanyol, seperti: Universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada dan Salamanca. Mereka menerjemahkan buku-buku karaya ilmuan muslim.
Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan Sekolah dan Universitas yang sama. Mereka memasukkan ilmu-ilmu seperti  ilmu kedokteran, ilmu pasti dan filsafat. Yang paling banyak dipelajari yaitu pemikiran al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Rusyd. Pengaruh ilmu pengetahuan Islam menimbulkan gerakan kebangkitan (Renaissance) pada abad ke-14 bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16, rasionalisme pada abad ke-17 dan pencerahan (Aufklarung) pada abad ke-18 M. Akhirnya umat Islam terusir dari negeri Spanyol.
 





Komentar

Posting Komentar

Comments:

Postingan populer dari blog ini

BAGAIMANA MEMILIH DAN MENYUSUN BAHAN AJAR

AL-TARADUF WA AL-ISYTIRAK WA AL-TADHAD